Air Bersih ‘Barang Langka’ di Jakarta


anda sedang membaca artikel tentang Air Bersih ‘Barang Langka’ di Jakarta dari indotrendy.blogspot.com
 Yudhie tak lagi kuat menahan dahaga. Berkaos merah, pria berambut gondrong ini menemui seorang pedagang air mineral di stand acara fun bike yang diselenggarakan harian Warta Kota di lapangan Banteng, Jakarta.

“Ada air yang dingin,mbak?” tanya Yudhie pada pedagang perempuan, yang ramah menyambut kedatangan peserta fun bike.
“Ada, mau yang mana? tanya pedagang perempuan, mengangkat telapak tangan dan sejurus kemudian membuka pintu pendingin air sejumlah minuman botol plastik kemasan 500 ml.

“Itu saja yang warna jingga,” jawab Yudhie seraya menawarkan air minum kepada seorang rekannnya.

“Sampeyan mau minum yang mana. Monggo pilih,” tawar Yudhie.

“Kalau air mineral yang dingin ada mbak?” tanya rekan Yudhie.

“Sudah habis dari tadi. Tinggal yang ini saja. Kalau mau menunggu, teman saya sebentar lagi tiba,” jawab pelayan perempun diiringi senyum mengembang.

“Enggak usah, mbak. Sudah haus bangat, nih. Samakan saja dengan minuman teman saya,” pinta rekan Yudhie.

Mengeluarkan selembar duit senilai Rp 10 ribu, jual beli minuman segera tuntas. Dua botol plastik minuman berisi 500 ml berada di tangan, dan langsung diseruput si empunya.

Inilah sepenggal kisah upaya mendapatkan air minuman siap saji di Ibu Kota Jakarta, yang dua bulan terakhir disergap teriknya sengatan matahari. Mahfum saja, sejak Oktober matahari ditengarai sejumlah peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berada di atas Pulau Jawa. Sehingga, warga yang tinggal di Pulau Jawa bakal merasakan teriknya sengatan matahari.

Bila ada uang di saku, persoalan dahaga saat beraktivitas di bawah teriknya sengatan matahari mudah ditangani dengan cepat. Dan untungnya, harga air minuman siap saji yang ditawarkan kepada konsumen tidaklah terlalu mahal. Pun, berbagai perusahaan air minuman kemasan berlomba-lomba menciptakan inovasi baru untuk menghadirkan produk minuman kemasan yang harganya tidak selangit, dan memikat konsumen.

Namun, upaya ‘darurat’ mengatasi dahaga tentunya tak akan selalu bergantung pada air minuman kemasan. Warga Jakarta pun mesti berhitung soal mendapatkan air minuman bersih ini. Bayangkan saja, bila sehari membutuhkan tiga botol kemasan senilai Rp 5000, itu berarti dalam sebulan kebutuhan mengatasi dahaga mencapai Rp 450 ribu. Dan dalam setahun menghabiskan dana sekitar Rp 5,4 juta. Cukup besar bukan?

Walhasil, upaya yang dilakoni warga Jakarta adalah membawa bekal air minuman bersih saat beraktivitas. Minimal, bila bekal air minuman bersih yang dibawa habis, duit di kantong yang keluar tak terlalu banyak untuk membeli minuman air.


Category Article

What's on Your Mind...